Kamis, 25 Februari 2010

HIPNOSIS MODERN DAN HIPNOSIS TRADISIONAL, BEBAS NILAI

“Ilmu ibarat pisau,

yang dapat anda gunakan untuk memasak atau membunuh orang”.

Ketika kita membandingkan antara hipnosis barat dan hipnosis timur, bukan berarti kita akan menilai antara baik dan buruk, benar dan salah atau ilmu putih dan ilmu hitam yang sesat. Karena kedua ilmu hipnosis tersebut merupakan ilmu yang bebas nilai, sama seperti pisau yang dapat kita gunakan untuk memasak atau membunuh seseorang. Sehingga yang baik dan buruk atau benar dan salah bukan terletak pada ilmunya namun pada pelaku yang memanfaatkan untuk kebaikan atau kejahatan.


Sekarang yang muncul di permukaan dan menjadi trend di Indonesia adalah hipnosis barat. Dengan keilmiahan yang dapat dijabarkan serta pengembangan aplikasi hipnosis untuk membantu kehidupan manusia menjadikan semua orang beramai – ramai belajar hipnosis barat tersebut. Namun berbeda dengan hipnosis tradisional, yang mulai ditinggalkan bahkan dianggap sebagai ilmu hitam dan jahat. Karna dianggap tata cara dan ritualnya terlihat primiif dan cenderung menyimpang dari kaídah kaidah beragama.

Ada beberapa hal yang mungkin perlu dipahami dari hal tersebut. Sebenarnya bangsa Indonesia sangat kaya dengan fenomena dan teknik hipnosis dalam budaya yang dibangun dalam hidup bermasyarakat. Budaya Indonesia, khususnya Jawa dikenal sirep untuk menidurkan anak yang rewel, sapeh untuk memisahkan bayi dari puting susu ibunya, peluluh untuk melunakkan orang yang kasar, ‘telepati’ sebagai sarana komunikasi mereka. Itu semua adalah bagian dari kekayaan proses hipnosis budaya Indonesia. Ironisnya, justru banyak orang barat yang belajar hal tersebut dari budaya kita.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan nilai rasa yang sangat tinggi. Sehingga sisi sugestifitaspun sangat tinggi. Di satu sisi hal tersebut dapat menjadi “power” khususnya dalam budaya mereka. Namun bisa jadi, bangsa Indonesia yang memiliki sugestifitas yang tinggi mudah dipengaruhi oleh energi tersebut.


Maksudnya, masyarakat Indonesia dengan nilai rasa yang tinggi menjadikan lebih mudah untuk mengaktualisasikan pikiran bawah sadarnya (sub conscious) yang menyimpan power sangat besar dalam diri manusia. Kita mengenal intuisi, telepati, clairvoyance, ESP yang merupakan potensi terpendam manusia hanya dapat diaktualisasikan melalui “rasa” yang dimiliki masyarakat bangsa Indonesia.

Namun, sebaliknya pengaruh negatif dari praktek hipnosis tradisional sangat mudah masuk dan kena pada masyarkat kita yang memiliki sugestifitas yang tinggi. Sihir seperti istilah santet, pelet, pengasih, teluh, guna - guna dan lain sebagainya sangat mudah masuk pada masyarakat Indonesia dengan sugestifitasnya yang tinggi untuk mempercayai dan meyakini hal – hal tersebut.

Dari ulasan diatas, bukan berarti kita akan mencoba memberi label yang lebih baik atau lebih buruk pada salah satu aliran hipnosis. Atau kita dibenturkan untuk memilih mana yang lebih baik dari keduanya. Namun justru ketika kita mencoba memadukan kedua hal tersebut dan berangkat dari kedua pemahaman aliran tersebut, maka akan menjadi sebuah pendekatan hipnosis yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan budayanya. Dan disini adalah dalam konteks membantu kehidupan manusia dalam berbagai bidang.

disalin dari buku THE REAL ART OF HYPNOSIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar